judul: The Cuckoo's Caling - Dekut Burung Kukuk
penulis: Robert Galbraith
penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013
tebal: 520 halaman
rating: 4 stars
Kisah perdana dari serial detektif karya Robert Galbraith ini menceritakan tentang kasus pembunuhan yang terjadi pada seorang super model, Lula Landry. Polisi menyatakan bahwa kasus ini merupakan kasus bunuh diri, mengingat Lula adalah seorang bipolar, dan menutup kasus ini rapat-rapat. Kendati demikian, kakak angkat Lula, seorang pengacara bernama John Bristow tidak dapat menerima keputusan itu begitu saja. Ia pun meminta Cormoran Strike, seorang detektif partikelir yang miskin dan sedang patah hati, untuk mengusut kasus ini. Bristow memberinya sejumlah uang dan sebuah amplop yang berisi catatan dan bukti-bukti mengenai kecelakaan yang menimpa adik angkatnya.
Karena desakan biaya hidup, Strike pun akhirnya bersedia untuk menyelidiki kasus kematian sang super model dan bersama Robin Ellacott, sekertaris sementaranya yang dikirim dari Temporary Solutions, Ia kemudian memulai penyelidikan. Semakin lama ia tenggelam dalam penyelidikan ini, semakin Ia memikirkan masa lalunya yang rumit. Hubungan kerjanya dengan Robin pun tak selalu berjalan baik. Ia merasa harus menjaga jarak dengan Robin yang cantik dan amat sangat berdedikasi dalam pekerjaannya sebagai sekertaris, agar Ia tidak terlalu bergantung padanya. Bagaimana pun Robin hanyalah seorag sekertaris sementara yang bekerja seminggu saja di kantor Strike.
Sungguh, dalam setiap perubahan nasib baik, yang paling tidak bahagia adalah golongan orang-orang malang yang dulu pernah bahagia. Botheius, De Consolatine Philoshopiae
Ketika aku tau kalau ternyata Robert Galbraith adalah nama alias dari author favoritku, J. K. Rowling, aku langsung mencari buku ini dan membelinya begitu saja. Sebenarnya ekspektasiku tidak terlalu tinggi untuk novel ini, walau tetap saja dengan cover yang gelap tapi mengundang dan komentar dari Daily Mail dibagian belakang buku, sudah cukup membuatku bersemangat untuk membacanya. Bab pertama dibuka dengan cerita membahagiakan yang dialami oleh Robin dan tunangannya, Matthew. Kemudian cerita berangsur-angsur berubah menjadi gelap setelah kedatangan Bristow. Jujur saja, aku menyukai konflik batin yang dialami Strike dan juga kejadian-kejadian yang dialaminya sebelum Ia beralih profesi menjadi detektif partikelir.
Cormoran Strike, sebagai seorang detektif, sangat jauh dari gambaran yang aku miliki selama ini; aku memang tidak banyak membaca buku-buku bergenre misteri karena tidak cukup sabar menghadapi teka-teki yang ada. Selama ini aku selalu berpikir kalau detektif itu adalah seorang yang gagah, tampan, keren, dan dipuja oleh gadis-gadis. Tapi Strike lain, dia lebih spesial dari itu. Dengan segala kekurangan yang ada padanya, Robert Galbraith berhasil membuatku kagum dengan sosok Strike.
Alur buku ini sendiri terasa sangat lambat dan membosankan. Strike memang mengajak para pembaca untuk berjalan-jalan dan menikmati dinginnya kota London yang indah, tapi obrolannya dengan calon tersangka dan saksi membuatku menguap, ngantuk. Berkali-kali aku menutup buku ini karena tidak tahan dengan aktivitas Strike yang itu-itu saja. Bertemu dengan seseorang dan menginterogasinya, kemudian pulang ke kantor. Besoknya pun sama, bertemu seseorang, berbincang, dan pulang. Robin hanya muncul beberapa bagian didalam buku ini. Padahal aku sangat menyukai karakternya.
Alangkah lebih baik jika Robert memberikan akses kepada pembaca agar mengetahui sedikit saja dugaan-dugaan yang ada dibenak Strike selagi Ia memecahkan kasus ini. Itu akan membuat karakter Strike lebih hidup, dan membuatku lebih semangat untuk menebak-nebak siapa pelaku sebenarnya yang telah membunuh Lula. Tapi sayangnya, yang aku dapatkan hanyalah barisan informasi dari para tersangka pembunuh dan saksi yang ada pada dialog mereka yang amat sangat panjang; membuat otakku mumet. Mungkin Robert ingin para pembaca untuk turut andil dalam penyelidikan kasus pembunuhan ini, sehingga pembaca diberikan asupan informasi yang sama porsinya dengan sang detektif. Gagasan yang bagus tapi seharusnya diimbangi dengan kejutan-kejutan (atau sedikit humor) didalam cerita, agar pembaca tidak terlalu bosan.
Terlepas dari nama besar J. K. Rowling yang mendomplang popularitas buku ini, aku patut mengacungi jempol atas idenya untuk mengangkat serial misteri kedalam karya barunya. Aku menyukai buku ini, walaupun aku masih belum bisa mencintai Cormoran Strike (karena masih terbentur delusi tentang gambaran detektif versiku sendiri hehe) dan berharap petualangan dibuku kedua akan jauh lebih seru dan menegangkan lagi.
xo, Puspita Sanri
No comments:
Post a Comment